Thursday, March 31, 2011

Jalan-jalan di seputar Pasar Baru Bandung

Sabtu pagi, tanggal 5 Maret lalu, saya, suami dan 2 orang sahabat kami berangkat dari rumah, niat menjelajah daerah Pasar Baru.
Tujuan pertama kami adalah 'WArung Kopi Purnama'** jl. Alkateri. Rumah makan kuno yang menawarkan menu sarapan dan kopi hitam yang nikmat menggoda saya dan suami, sehingga kami hitung2 selama mudik kami sempat singgah di tempat ini sampai tiga kali :-). Tetapi karena menyimpang di toko kelontong "Subur" jl. Kalipah Apo, kami sampai di warung Purnama menjelang jam makan siang. Biasanya saya dan suami memesan kopi panas, kali ini kami coba kopi dinginnya, roti sarikaya mentega dan bubur ayam. **Catatan mengenai Warung Purnama ini akan saya tulis terpisah.

PasarBaru_MenuWarungPurnama

Perjalanan selanjutnya adalah ke jl. ABC, saya menuju optik ABC untuk mengambil pesanan kacamata. Lumayan ekonomis deh ..ketimbang beli kacamata di negeri Paman Sam. Biaya resep dokter mata di paman Sam sudah bisa jadi sebuah kacamata yang murah meriah dengan lensa yang dapat berubah warna sesuai terang gelapnya cuaca.

Menunju optik ini, kami bertemu tukang-tukang jajanan. Oh...surga buat kami yang sudah lama tidak pulang kampung. Mulai dari tukang bola ubi, yang sempat menerangkan cara membuatnya. Ternyata dua kali digoreng sehingga menghasilkan tekstur bola kopong yang sensasional. Bola ubi digoreng dengan minyak dengan panas sedang. Setelah itu, digoreng kembali dengan minyak panas sambil ditekan-tekan sampai menggembung. Menarik sekali...

PasarBaru_BolaUbi


Meskipun masih kenyang dengan menu Warung Purnama tadi, saya pun tergoda dengan tukang martabak mini. Biasanya loyang martabak mini ini panjang seperti cetakan muffin. Tapi kali ini, tukang martabak memasaknya dengan loyang individual yang unik.

PasarBaru_MartabakMini

Selagi menikmati jajanan di atas, kami berjalan menuju area Pasar Baru. Yang hari itu ramai sekali. Tidak lupa melirik ke kanan ke kiri, saking banyaknya pajangan penjual-penjual :-)

PasarBaru_jalan2

Perjalanan kami teruskan menuju, Es Goyobod Kuno di belakang Pasar Baru. Hunkue kotak-kotak dengan kuah santan gula merah memang segar sekali... Sementara menikmati es Goyobod ini, mata saya jelalatan mengamati toko-toko di sekitarnya.

PasarBaru_EsGoyobodKuno


Warung kopi sachet-an menjadi tujuan saya berikutnya, kebetulan hujan turun, kami berteduh sambil berbelanja Kopi Kapal Api Susu, Kopiki Kopi Brown, Bandrek&Bajigur Hanjuang dll untuk bekal kami ke negeri Paman Sam.

PasarBaru_BelanjaKopi

Karena hujan turun lebat, kami memutuskan untuk berteduh di dalam Pasar Baru yang penuh sesak...bayangkan ini hari Sabtu minggu pertama di bulan Maret. Sekalipun berdesak-desakan namun rindu kampung halaman sepertinya terbayar, suasana pasar yang ramai dan banyak orang serta barang yang ditawarkan sangat saya nikmati. Tapi tentunya tetap waspada terhadap copet yang katanya berkeliaran. Batik murah meriah pun menjadi sasaran kami selanjutnya.

Setelah hujan berhenti, kami kembali meneruskan kembali petualangan kami siang itu.
Terima kasih Ellen & Phebe telah menemani kami seharian penuh.

Wednesday, March 30, 2011

Vanilla Ice Cream with Preserved Sweet Rice

Yesterday I found preserved sweet rice at Asian Groceries Store.
I was very excited. Usually we had coconut milk based ice cream with it.
But as I don't have enough time to make homemade coconut ice cream.
I just used ordinary natural vanilla ice cream from the store.
But it was still good...
I felt summer spirit while enjoying a glass of this kind of ice cream.


Vanilla Ice Cream with Preserved Sweet Rice

Wednesday, March 23, 2011

Kuliner Sunda dari Kacamataku

Bulan Februari lalu saya berkesempatan menikmati kuliner Sunda di kota Bandung tercinta.
Setelah empat setengah tahun cukup banyak perubahan-perubahan yang terjadi.
Saya masih ingat sewaktu saya masih kecil, kira-kira waktu masih di bangku SD. Rumah makan makanan Sunda yang terkenal adalah warung nasi sebangsa Ampera, yang saya ingat warung nasi ini di Terminal Kebon Kalapa, yang sekarang jadi sebuah pusat perbelanjaan. Di warung ini, tersedia makanan di tengah-tengah meja, dan tamu dipersilahkan memilih yang diinginkan.
Kemudian muncul rumah makan Sunda yang lebih keren, dengan kosep saung-saung lesehan tempat untuk menikmati makanannya, seperti RM Sari Sunda, Saung Kabayan dll.

Empat tahun lalu sebelum saya merantau, dalam perkembangannya muncul pula konsep rumah makan Sunda baru, menawarkan masakan Sunda kampung dengan interior restoran yang apik dan berkesan mewah, tapi tetap unsur desa-nya terasa, Bumbu Desa di jl. Pasirkaliki. Makanan dipilih seperti layaknya perasmanan dengan bonus macam-macam sambal yang disajikan di ulekan kecil dan lalapan dalam wadah anyaman. Tamu bisa memilih mau duduk lesehan, atau di meja makan. Saya cukup terkesan dengan interior rumah makan ini, foto-foto produk desa dan orang desa ditampilkan dengan sangat menawan.

Dalam masa perkunjungan bulan Februari sampai Maret lalu, saya melihat perkembangan kuliner Sunda yang sangat pesat. Setiap rumah makan berusaha menawarkan keunikannya. Mulai dari masakan khas-nya, sambalnya, dan suasana restoran yang dibuatnya. Dan yang membuat saya bangga sebagai warga Bandung, nama-nama lokal yang dipilih sebagai nama restoran serta konsep yang ditawarkan beragam dan sangat menarik serta mencirikan Jawa Barat dan tanah Sunda.

Ada beberapa tempat yang sempat kami kunjungi.

1. Sambal Hejo
Di rumah makan ini, sambal yang ditawarkan adalah sambal hejo. Menurut pengamatan saya, sambal ini terbuat dari cabai hijau, tomat hijau , bawang merah serta tambahan kencur. Kurang pedas menurut saya, tapi lezat dimakan dengan teman-teman nasinya. Satu teman nasi yang jarang ditemui ada di sini adalah CIMPLUNG, sejenis perkedel kentang namun dicampur dengan tepung kanji, bentuknya seperti bola ubi goreng. Dan yang istimewa PEPES TERInya...paduan bumbu dan asin terinya terasa pas sekali di lidah. Sistem menghidangkannya seperti di restoran Padang, semua menu disediakan, lalu dihitung berapa yang habis dimakan sebelum pembayaran.

SambelHejo

SambelHejoGepuk,Pepes,Ayam

2. Rumah Makan Ibu Haji Cijantung
Rumah makan ini sederhana sekali...Sambal dadakannya luar biasa nikmatnya, serta ikan goreng kecil-kecil yang digoreng kering gurih dengan sensasi tekstur yang renyah. Selain itu di luar rumah makan ada es duren tape dan kue pepe yang dapat kita pesan dan dinikmati di dalam restoran.

CijantungSign,Sambal,Meja

CijantungIkanGoreng

Cijantung:KueApe

CijantungEskrimDuren


3. Warung Talaga
Warung ini mungkin lebih cocok dikategorikan tempat nongkrong dan menikmati makanan ringan. Rumah makan ini sangat unik. Ada di dalam mall keren di kota Bandung, Paris Van Java Jl. Sukajadi. Memang menu yang ditawarkan kebanyakan masakan dari tahu dengan nama-nama unik. Interiornya persis seperti warung kopi jaman dahulu. Hiasan-hiasannya berupa barang-barang masa lalu yang sudah lama tidak kita temui. Yang berkesan bagi saya di tempat ini, kerupuk merah muda jaman saya Sekolah Dasar menjadi hiasan di pintu masuk dan air kendi yang dijual Rp. 6000 per kendi-nya. Salah satu menu tahu sederhana yang kami pesan, namanya Tahu Bodo (Tahu goreng setengah matang dihancurkan di atas ulekan beberapa cabe rawit merah(cengek domba) dan bawang putih), sebenarnya bisa kita buat sendiri, tapi karena memang tahu talaga dari sono-nya rasanya sudah enak, membuat menu sederhana pun jadi nikmat.

Warung Talaga

Snack at Warung Talaga
(Tahu Bodo, Tahu Pletok, Es Cendol, Air Kendi)


4. Nasi Bancakan
Tempat ini benar-benar nostalgia buat saya. Makan perasmanan dengan menu Sunda kampung yang rasanya sangat 'thick', bumbunya dahsyat...peda, sayur genjer, soun cabe hijau, dll. Dinikmati di atas piring kaleng dan minum teh pahit di gelas kaleng pun membuat memori ini melayang ke masa lalu. Cara memasak menggunakan kayu bakar yang diekspos, sehingga tamu-tamu dapat melihatnya pun membuat tempat ini semakin menarik. Untuk menu makanan penutup ada Es Goyobod, Arumanis yang dibuat langsung di tempat, Es Goyang (sayang pada saat saya datang, sedang tidak beroperasi), Kue Balok. Ibu Mertua saya sampai berkali-kali menanyakan, ini di mana? Sepertinya beliau mencoba menghapalkan nama tempat itu. Pasti beliau teringat almarhum nenek tercinta, yang notabene orang Sunda tulen yang masakannya mirip-mirip rumah makan ini.

NasiBAncakanCollage

kayubakar

Nasi Bancakan :Tutut&NasiRames
(Tutut (sebelah kiri), menu makan siang saya: sayur genjer, soun, cumi asin, tahu)

DessertBancakan

arumanis

kuebalok

SuasanaNasiBancakan
(suasana tempat makan Nasi Bancakan)

Tuesday, March 22, 2011

Brudel Mama Diana

It was a great time to be in my home city, Bandung Indonesia.
I've been there for 28 days, and it went so fast.
Now, I'm in USA again, going back to my duty.
When I was in Bandung, my mom made Manadonesse food, BRUDEL.

Brudel (4)

The smell of yeast is like bread, but the texture is between cake and bread.
If we say it is cake, it is too dense. But if we say it is bread, it is too smooth :)
Anyway, it tasted so good. Especially, this Brudel was made by my mom with love.
I asked her the recipe for posting it to my blog as my reference.

BRUDEL

3/4 kg flour
2 glasses of sugar
3 eggs
3 tbs margarine
2 tbs milk powder
1 sachet of yeast (Fermipan)
2 glasses of water
Raisin + almond/kenari



Brudel (1)


Directions:
1. Add water to fermipan in large bowl.
2. Add sugar, margarine, eggs, stir it carefully.
3. Add flour and milk powder, stir.
4. Wait until the dough raised
5. Put the dough into baking pan that has been greased and sprinkled by flour.
5. Bake 180 F about 45-60 minutes.

Brudel (7)

You may also like :

Related Posts with Thumbnails