Bulan Februari lalu saya berkesempatan menikmati kuliner Sunda di kota Bandung tercinta.
Setelah empat setengah tahun cukup banyak perubahan-perubahan yang terjadi.
Saya masih ingat sewaktu saya masih kecil, kira-kira waktu masih di bangku SD. Rumah makan makanan Sunda yang terkenal adalah warung nasi sebangsa Ampera, yang saya ingat warung nasi ini di Terminal Kebon Kalapa, yang sekarang jadi sebuah pusat perbelanjaan. Di warung ini, tersedia makanan di tengah-tengah meja, dan tamu dipersilahkan memilih yang diinginkan.
Kemudian muncul rumah makan Sunda yang lebih keren, dengan kosep saung-saung lesehan tempat untuk menikmati makanannya, seperti RM Sari Sunda, Saung Kabayan dll.
Empat tahun lalu sebelum saya merantau, dalam perkembangannya muncul pula konsep rumah makan Sunda baru, menawarkan masakan Sunda kampung dengan interior restoran yang apik dan berkesan mewah, tapi tetap unsur desa-nya terasa, Bumbu Desa di jl. Pasirkaliki. Makanan dipilih seperti layaknya perasmanan dengan bonus macam-macam sambal yang disajikan di ulekan kecil dan lalapan dalam wadah anyaman. Tamu bisa memilih mau duduk lesehan, atau di meja makan. Saya cukup terkesan dengan interior rumah makan ini, foto-foto produk desa dan orang desa ditampilkan dengan sangat menawan.
Dalam masa perkunjungan bulan Februari sampai Maret lalu, saya melihat perkembangan kuliner Sunda yang sangat pesat. Setiap rumah makan berusaha menawarkan keunikannya. Mulai dari masakan khas-nya, sambalnya, dan suasana restoran yang dibuatnya. Dan yang membuat saya bangga sebagai warga Bandung, nama-nama lokal yang dipilih sebagai nama restoran serta konsep yang ditawarkan beragam dan sangat menarik serta mencirikan Jawa Barat dan tanah Sunda.
Ada beberapa tempat yang sempat kami kunjungi.
1. Sambal Hejo
Di rumah makan ini, sambal yang ditawarkan adalah sambal hejo. Menurut pengamatan saya, sambal ini terbuat dari cabai hijau, tomat hijau , bawang merah serta tambahan kencur. Kurang pedas menurut saya, tapi lezat dimakan dengan teman-teman nasinya. Satu teman nasi yang jarang ditemui ada di sini adalah CIMPLUNG, sejenis perkedel kentang namun dicampur dengan tepung kanji, bentuknya seperti bola ubi goreng. Dan yang istimewa PEPES TERInya...paduan bumbu dan asin terinya terasa pas sekali di lidah. Sistem menghidangkannya seperti di restoran Padang, semua menu disediakan, lalu dihitung berapa yang habis dimakan sebelum pembayaran.
2. Rumah Makan Ibu Haji Cijantung
Rumah makan ini sederhana sekali...Sambal dadakannya luar biasa nikmatnya, serta ikan goreng kecil-kecil yang digoreng kering gurih dengan sensasi tekstur yang renyah. Selain itu di luar rumah makan ada es duren tape dan kue pepe yang dapat kita pesan dan dinikmati di dalam restoran.
3. Warung Talaga
Warung ini mungkin lebih cocok dikategorikan tempat nongkrong dan menikmati makanan ringan. Rumah makan ini sangat unik. Ada di dalam mall keren di kota Bandung, Paris Van Java Jl. Sukajadi. Memang menu yang ditawarkan kebanyakan masakan dari tahu dengan nama-nama unik. Interiornya persis seperti warung kopi jaman dahulu. Hiasan-hiasannya berupa barang-barang masa lalu yang sudah lama tidak kita temui. Yang berkesan bagi saya di tempat ini, kerupuk merah muda jaman saya Sekolah Dasar menjadi hiasan di pintu masuk dan air kendi yang dijual Rp. 6000 per kendi-nya. Salah satu menu tahu sederhana yang kami pesan, namanya Tahu Bodo (Tahu goreng setengah matang dihancurkan di atas ulekan beberapa cabe rawit merah(cengek domba) dan bawang putih), sebenarnya bisa kita buat sendiri, tapi karena memang tahu talaga dari sono-nya rasanya sudah enak, membuat menu sederhana pun jadi nikmat.
(Tahu Bodo, Tahu Pletok, Es Cendol, Air Kendi)
4. Nasi Bancakan
Tempat ini benar-benar nostalgia buat saya. Makan perasmanan dengan menu Sunda kampung yang rasanya sangat 'thick', bumbunya dahsyat...peda, sayur genjer, soun cabe hijau, dll. Dinikmati di atas piring kaleng dan minum teh pahit di gelas kaleng pun membuat memori ini melayang ke masa lalu. Cara memasak menggunakan kayu bakar yang diekspos, sehingga tamu-tamu dapat melihatnya pun membuat tempat ini semakin menarik. Untuk menu makanan penutup ada Es Goyobod, Arumanis yang dibuat langsung di tempat, Es Goyang (sayang pada saat saya datang, sedang tidak beroperasi), Kue Balok. Ibu Mertua saya sampai berkali-kali menanyakan, ini di mana? Sepertinya beliau mencoba menghapalkan nama tempat itu. Pasti beliau teringat almarhum nenek tercinta, yang notabene orang Sunda tulen yang masakannya mirip-mirip rumah makan ini.
(Tutut (sebelah kiri), menu makan siang saya: sayur genjer, soun, cumi asin, tahu)
(suasana tempat makan Nasi Bancakan)
Nasi bancakan di mana Jane ?, suasananya kelihatan menyenangkan, malah belum pernah ke sana hehehe
ReplyDeletedi jl. Trunojoyo Lin...suasananya menyenangkan memang, sederhana. Cobain deh :-)
ReplyDelete